Tim Dinas Kebudayaan Lingga bersama Arkeolog Sumatera Utara dan masyarakat setempat berfoto di samping perahu diduga cagar budaya di Pantai Sebangka, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga, Kamis (26/8/2021).
Lingga, NET24JAM.ID – Pada tahun 2020 Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga mendapatkan laporan resmi dari masyarakat.
Menanggapi hal itu, Tim Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga bersama arkeolog Sumatera Utara (Sumut) dan masyarakat setempat turun langsung dan melakukan survei atas laporan perahu diduga cagar budaya tersebut.
Selain itu, masyarakat setempat menduga-duga, ada yang mengaitkannya dengan peninggalan kerajaan Lingga, yakni Sultan Mahmud Ri’ayat Syah.
“Tapi itu hanya kata-kata dari masyarakat yang mengkait-kaitkan, kita belum memastikan,” kata Lazuardy kepada, Rabu (1/9/2021).
Lazuardy menjelaskan bahwa saat ini pihaknya masih menunggu hasil penelitian dari Arkeologi Sumut.
Hal itu terkait pengambilan data dan sampel untuk analisa laboratorium dan analisa morfologi guna mengetahui jenis kayu, pelapisan, serta usia kayu.
“Tapi jika dilihat ini memang suatu temuan yang mungkin unik ya untuk di Kabupaten Lingga,” ucapnya.
Dari pembahasan pihak Arkeolog Sumut, Lazuardy menerangkan, selama mereka mengadakan penelitian, belum pernah melihat jenis perahu seperti itu.
Pihaknya pun memprediksikan bahwa itu merupakan alat transportasi Nusantara.
“Hanya jenis perahu itu yang baru mereka temukan di Kabupaten Lingga, dari seluruh tempat-tempat se-Indonesia yang pernah diteliti. Yang bentuk seperti ini, baru kali inilah mereka menemukannya,” jelas Lazuardy.
Lazuardi semakin memperkuat dugaan cagar budaya tersebut, karena jenis perahu itu tidak pernah ditemukan lagi di zaman sekarang.
“Jangankan perahu panjang itu, Jongkong saja sudah jarang dibuat orang lagi. Karena bahan bakunya di zaman sekarang sudah mulai susah,” ucapnya.
Lazuardy pun menerangkan, dari informasi yang beredar perahu tersebut diduga digunakan untuk membawa barang logistik, sebagai transportasi air, dan banyak lagi perkiraan masyarakat.
“Apakah itu dipakai untuk tentara sultan, itu masih perkiraan atau dugaan,” ujarnya.
“Kalau memang diisi untuk orang, mungkin 10 sampai 15 orang bisa muat,” tambahnya lagi.
Peneliti Balai Arkeologi Sumatera Utara, Stanov Purnawibowo mengatakan, bahwa Jelo yang terbenam di pulau Sebangka itu memiliki usia tidak terlalu tua.
Tapi karakteristiknya perahu Nusantara, ada banyak pasak dan jejak cadik. Dari analisis morfologi, struktur kayu dari depan (haluan) ada penambahan material kayu untuk penguat struktur, untuk memecah gelombang,” kata Stanov.
(Red/Tribun Batam)