ilustrasi
Jakarta, NET24JAM.ID – Indonesia dan China akan bekerja sama untuk penggunaan mata uang rupiah dan yuan sebagai alat transaksi perdagangan. Melalui kerja sama local currency settlement (LCS) ini, Bank Indonesia (BI) menyebut Rupiah dan Yuan bisa digunakan pada bulan depan.
LCS adalah kerja sama Indonesia dengan sejumlah bank sentral negara lain. Tujuannya untuk menggunakan mata uang lokal setiap kali penyelesaian transaksi perdagangan bilateral dan investasi berlangsung.
Dengan LCS ini maka kedua negara yang bekerja sama bisa mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Jadi mudahnya, nggak perlu repot-repot tukar dolar AS dulu kalau mau transaksi perdagangan.
Transaksi di LCS ini mencakup penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung serta perdagangan antar bank untuk mata uang negara tersebut dan rupiah. Selain itu ada juga sharing informasi dan diskusi secara berkala antar otoritas.
Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat menjelaskan penerapan dengan China bisa dilakukan dalam waktu dekat. “Dengan China kita siapkan regulatorynya. Juli atau kuartal III launching dan diterapkan,” kata Donny dalam acara diskusi Blueprint Pengembangan Pasar Uang 2025, Jumat (25/6/2021).
Menurut dia, sekarang pelaku usaha atau perbankan memiliki minat tinggi untuk penggunaan LCS ini. Sama halnya dengan pelaku usaha di China.
“Minat indikasi kalau kita diskusi dengan pelaku dan perbankan minatnya tinggi. Nanti dengan China saya rasa juga paling cepat penggunaan LCS,” jelasnya.
Donny menjelaskan untuk penerapan LCS dengan mata uang negara lain, selain dolar AS, memerlukan sosialisasi. Hal ini karena Dolar AS masih merajai transaksi perdagangan di seluruh dunia.
“Karena ini perlu sosialisasi dan internalisasi, dan orang masih senang dengan dolar, makanya perlu kebijakan yang membuat mereka beralih. Ada insentif yang juga dibuat dan bagaimana diimplementasikan masing-masing negara, dari sisi pelaku usaha masih melakukan itu,” jelas dia.
Indonesia juga sudah menjalin kerja sama penggunaan mata uang lokal dengan Malaysia, Thailand, dan Jepang. Bank Sentral mengatakan, saat ini kedua belah pihak juga terus menjalin komunikasi dengan para eksportir dan importir di mitra negara tersebut.
(Red/detikfinance)